SITEMAP

CONTACT US

Cari di Blog Ini

 
Selamat Datang di Web Blog Pembelajaran IPA Sahabat 2 Edu By: Ferry Yutama (ferry.yutama@gmail.com)

2.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Thursday, September 15, 2022

A.      Kesimpulan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Penerapannya di Kelas

    Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis oleh guru agar mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan murid yang berbeda di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Sebagai guru, tentunya dipahami bahwa jumlah murid yang diajar di dalam kelas memiliki keberagaman tersendiri karena sejatinya setiap murid memiliki keunikannya masing-masing. Dengan keunikan tersebut, guru sebagai pendidik bertindak sebagai fasilitator dalam memahamkan materi kepada murid dan memfasilitasi agar semua murid mampu memproses ide atau informasi yang diperolehnya serta mampu mengembangkan suatu produk sesuai dengan kemampuan muridnya masing-masing. Untuk itu, pada pembelajaran berdiferensiasi, perlu persiapan atau strategi pembelajaran yang tepat dari guru baik meliputi diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk dengan mengacu pada aspek pemetaan kebutuhan belajar murid.

Dasar pemetaan kebutuhan belajar murid dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi meliputi tiga hal, yaitu:

1.   Kesiapan Belajar Murid

Sebelum mempelajari materi atau topik, guru perlu memetakan kebutuhan murid. Dalam hal ini, guru harus mendiagnosis kesiapan belajar murid. Misalnya, pada diferensiasi konten, ada murid yang sudah siap mempelajari materi yang di dalamnya terdapat masalah berupa tantangan atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Ada juga murid yang mungkin masih perlu mempelajari hal-hal yang mendasar dalam memahami materi. Tentunya, perbedaan kognitif dari murid membantu guru untuk mempersiapkan bahan ajar, cara atau strategi yang dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut dalam pembelajaran. Jumlah bantuan atau dukungan yang diberikan guru kepada murid menyesuaikan dengan tingkat kesiapan belajar murid itu sendiri.

2.   Minat Belajar Murid

Hal lain yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru perlu memetakan murid berdasarkan minat belajarnya. Sebagai contoh, ada murid yang senang belajar seni, olah raga, sains atau bidang-bidang tertentu. Dalam hal ini, guru harus siap untuk memfasilitasi kebutuhan murid tersebut. Guru dapat memberikan pilihan kepada muridnya untuk belajar sesuai dengan minatnya, misalnya dalam menghasilkan produk. Dalam diferensiasi produk, murid menghasilkan produk sebagai bentuk pencapaian tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat belajar murid masing-masing. Murid diberikan kebebasan dalam belajar. Murid bebas menghasilkan produk baik berupa teks atau tulisan seperti artikel, narasi, karangan atau bentuk produk lain yang sesuai minat belajarnya seperti audio, video, poster, mind mapping dan lainnya baik secara individu maupun secara berkelompok selama produk tersebut merujuk pada indikator atau standarisasi minimum penilaian.

3.   Profil Belajar Murid

Pemetaan kebutuhan murid berdasarkan profil belajar murid lebih kepada bagaimana murid belajar sesuai dengan gaya belajarnya yang beragam atau bervariasi. Misalnya pada diferensiasi proses, untuk murid yang memiliki gaya belajar visual maka pada proses pembelajaran guru dapat memberikan materi dengan menggunakan media berupa gambar-gambar, tampilan slide power point, grafik dan sebagainya yang membantu murid dalam belajar dan mengaitkan konsep satu dengan yang lainnya sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Demikian pula, untuk murid yang memiliki gaya belajar auditori maka guru dapat memberikan materi menggunakan atau diiringi dengan musik.

Dengan ketiga dasar pemetaan tersebut, guru akan mampu merancang pembelajaran berdiferensiasi dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, yaitu mampu mengakomodasi segala perbedaan dari murid, apa yang dibutuhkan oleh murid dalam belajar dan apa yang dapat dilakukan oleh murid terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya serta bagaimana guru dapat merespons seluruh kebutuhan belajar murid yang berbeda tersebut.

Bagaimana kita dapat melaksanakan pembelajaran yang berdeferensiasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan mencapai hasil pembelajaran yang optimal? Untuk menjawab pertanyaan tersebut akan lebih baik jika kita memahami strategi pembelajaran berdeferensiasi. Strategi pembelajaran berdeferensiasi ada 3, yaitu;

a.  Diferensiasi Konten adalah segala materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada muridnya yang mengacu kepada kemampuan dan keterampilan.

b. Diferensiasi Proses adalah rangkaian kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung secara sistematis dan variatif dengan memperhatikan kebutuhan murid ataupun pendekatan emosional.

c.  Diferensiasi Produk adalah hasil atau tagihan dari suatu proses pembelajaran yang telah dilakukan murid sesuai pemahaman belajar mereka dalam bentuk produk.

Pembelajaran deferensiasi dapat berjalan dengan hasil yang optimal apabila kita pada tahap awal melakukan assesmen  diagnostic terlebih dahulu. Assesmen diagnostic dapat dilakukan dengan melihat rapor anak pada tingkat terdahulu, membuat angket untuk diisi siswa ataupun orang tua, wawancara dengan siswa dan guru pada kelas sebelumnya, ataupun dapat juga dengan membuat asesmen pada setiap materi yang akan diajarkan.

Hasil asesmen yang telah diperoleh digunakan untuk menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dapat dengan menggunakan pembelajaran berdeferensiasi konten, proses maupun produk tergantung pada materi yang akan disampaikan ataupun kesiapan dari murid. Dengan menyediakan sumber belajar, media belajar dan kegiatan belajar yang beragam dapat mengakomodasi kesiapan, minat atau gaya belajar anak yang berbeda-beda. Pembelajaran berdeferensiasi apabila dilaksanakan dengan benar maka tujuan pembelajaran yang diamanatkan Ki Hajar Dewantara pun dapat tercapai dengan optimal.

 

B.     Pembelajaran Berdiferensiasi dapat Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid dan Membantu Mencapai Hasil Belajar yang Optimal

Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal. Kebutuhan belajar murid tersebut antara lain :

1.   Kesiapan Belajar Murid (Readiness

Kesiapan serta kapasitas murid untuk mempelajari dan memahami materi baru yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya

2.   Minat Belajar Murid 

Salah satu hal terpenting yang dapat memotivasi murid untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena pembelajaran diberikan dengan memperhatikan apa yang mereka sukai . Tugas-tugas yang diberikan akan memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid.

3.   Profil Belajar Murid 

Menurut Tomlinson dalam Hockett tahun 2018 mengatakan bahwa profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain. Memberikan kesempatan kepada murid  untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai.

Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, baik dari kesiapan belajar siswa, minat belajar siswa, dan profil belajar siswa. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik, biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. 

Mendapatkan informasi tentang kebutuhan belajar murid, tidak selalu harus melibatkan sebuah kegiatan yang rumit. Guru yang memperhatikan dengan seksama hasil penilaian formatif, perilaku murid, refleksi murid, dan terbiasa mendengarkan dengan baik murid-muridnya biasanya akan lebih mudah mengetahui kebutuhan belajar murid-muridnya.  Membuat catatan tentang profil murid juga akan sangat membantu guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan murid-muridnya.

 

C.      Kaitan antara Materi dalam Modul Ini dengan Modul Lain

Pada modul 1.1, Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa pendidikan harus menuntun anak untuk mencapai kodrat dan setiap anak memiliki keunikannya sendiri serta berkembang sesuai dengan potensi dan minatnya masing-masing. Guru bertindak sebagai pamong agar anak tidak kehilangan arah dan mencapai kebahagiaan serta keselamatan setinggi-tingginya. Pembelajaran berdiferensiasi ini sangat mendukung upaya guru dalam usaha memenuhi kebutuhan belajar murid yang beragam dan dalam prosesnya selalu berorientasi pada keberpihakan kepada murid.

Pada modul 1.2, Pembelajaran berdiferensiasi ini sangat mendukung upaya guru dalam usaha memenuhi kebutuhan belajar murid yang beragam dan dalam prosesnya selalu berorientasi pada keberpihakan kepada murid. Sedangkan, pada modul 1.3, guru penggerak memiliki visi untuk melakukan perubahan positif dalam pembelajaran yang berpihak pada murid dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid (pembelajaran berdiferensiasi) dengan strategi pendekatan IA, menggunakan tahapan BAGJA, yaitu :

1.   Buat pertanyaan terkait pemetaan kebutuhan belajar siswa.

2.   Ambil pelajaran dari apa yang sudah pernah dilakukan.

3.   Gali mimpi tentang kondisi ideal yang akan terjadi dalam proses pembelajaran.

4.   Jabarkan rencana melalui 3 strategi pembelajaran berdiferensiasi.

5.   Atur eksekusi dengan melakukan penilaian yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

Pembelajaran berdiferensiasi akan dapat dilakukan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan, jika didukung dengan lingkungan yang menerapkan budaya positif di sekolah. Guru memiliki peran penting dalam membentuk atmosfer lingkungan yang positif. Lingkungan yang positif akan terwujud karena adanya budaya positif yang lahir dari disiplin internal dalam komunitas belajar.

 

 

 

 

1.4.a.9.1. Forum Berbagi Aksi Nyata - Budaya Positif Gemar Membaca Melalui Pojok Baca

Tuesday, September 13, 2022

1.4.a.9. Forum Berbagi Aksi Nyata - Budaya Positif Gemar Membaca Melalui Pojok Baca

 

Ferry Yudha Pratama, S.Pd., Gr.

SMP Muhammadiyah 9 Bojonegoro


 Latar Belakang


Membaca merupakan hal penting dalam kehidupan karena segala semua kegiatan dilalui dengan membaca. Membaca adalah suatu proses untuk kegiatan yang digunakan pembaca guna memperoleh pesan yang akan disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahan tulis (Tarigan,1994:7).

Budaya membaca dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, salah satunya ialah memberitahukan fungsi dari membaca itu sendiri. Berikut dipaparkan beberapa fungsi membaca:

·  Membaca merupakan suatu gerbang untuk mencapai kesuksesan. Mengapa demikian? Karena dengan membaca kita dapat menambah ilmu serta wawasan, dengan begitu kita dapat mencapai gerbang kesuksesan dengan mudah. Tentu saja kita semua ingin menjadi orang sukses, maka dari itu kita harus membudidayakan budaya membaca sedini mungkin.

·  Membaca juga merupakan alat untuk menjelajah dunia. Hanya dengan membaca kita dapat mengetahui, mengenal, merasakan dunia tanpa harus benar-benar pergi keliling dunia. Kita hanya perlu membaca buku-buku mengenai sejarah-sejarah dunia, budaya-budaya yang ada di dunia, dll.

·  Membaca menuntun kita untuk menjadikan negara kita menjadi negara yang maju. Karena dengan banyak membaca, kita bisa menjadi orang yang cerdas. Dengan menjadi orang yang cerdas kita bisa membangun negara kita menjadi negara yang terpandang, negara yang tidak diremehkan, dan negara yang diakui karena kehebatannya.

Untuk itu salah satu cara dalam menciptakan lingkungan dengan budaya membaca adalah mengadakan Pojok Baca di setiap kelas. Pojok Baca adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa di setiap waktu luang disela-sela jam pelajaran untuk membaca buku yang telah tersedia di rak pojok kelas.

 

Tujuan

Budaya posistif membaca melalui Pojok Baca peserta didik menjadi lebih gemar dalam membaca dan untuk mengenalkan kepada siswa beragam sumber bacaan untuk dimanfaatkan sebagai media, sumber belajar, serta memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan.

 

Tolok Ukur

·  Peserta Didik menjadi terbiasa membaca,

·  Peserta Didik menjadi lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat terutama ketika presentasi,

·  Meningkatkan pengetahuan peserta didik.

 

Lini Masa Tindakan yang Dilakukan

· Melakukan sosialisasi dengan kepala sekolah, guru/wali kelas dan peserta didik mengenai budaya posistif membaca melalui Pojok Baca (Minggu ke-3),



·  Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang pentingnya budaya posistif membaca (Minggu ke-3),



· Guru/wali kelas dan pengurus kelas membantu memfasilitasi bahan bacaan untuk peserta didik (Minggu ke-3),




· Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membawa bahan bacaan yang dibacanya dan saling berbagi bahan bacaan dengan teman lainnya (Minggu ke-3),


· Melakukan kegiatan budaya posistif membaca melalui pojok baca pada jam istirahat dan atau sebelum pembelajaran dimulai (Minggu ke-4),

·  Mendokumentasikan setiap budaya posistif membaca melalui pojok baca ini di kelas (Minggu ke-4).




Dukungan yang Dibutuhkan

·  Dukungan dari kepala sekolah dan sesama rekan guru/wali kelas

·  Orang tua sebagai pendamping peserta didik dalam menerapkan budaya positif

· Buku dan bahan bacaan disediakan oleh peserta didik dengan membawa koleksi bacaannya dari rumah.



Video Penerapan Budaya Positif Gemar Membaca Melalui Pojok Baca





1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Monday, May 30, 2022

 


Kesimpulan dan Penjelasan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 

1)   Apa itu Pendidikan ?

Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan diartikan sebagai tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, artinya pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.


Filosofi pendidikan ini selaras dengan nilai Sosio Kultural yang ada di Bojonegoro yaitu, Wayang Thengul. Wayang membutuhkan Dalang yang menyematkan karakter tertentu, yang berbeda pada setiap wayang. Hal ini sesuai dengan filosofi KHD bahwa gurulah yang menyemai dan menuntun untuk menguatkan kodrat kebaikan pada siswa. Guru harus peka terhadap keberagaman siswa.

Filosofi kedua, Wayang Thengul berasal dari istilah Thengul dari kata “Methentheng” dan “Methungul”. Karena wayang merupakan karya 3 dimensi yang membutuhkan  usaha ekstra dalam memainkannya, inilah yang disebut Methenteng. Hal ini terkait dengan filosofi bahwa guru memerlukan tenaga dan usaha yang sungguh-sungguh/kerja keras dalam “menuntun” siswa. “Methungul” dapat diartikan muncul atau unggul. Wayang diangkat agar terlihat oleh penonton di depan panggung. Dalam realitasnya Istilah Methungul ini terkait dengan tujuan dari Pendidikan anak adalah menguatkan potensi atau kodrat alam yang ada pada diri setiap anak sehingga dia mampu tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan Merdeka dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

 

2)  Poin Penting

Berdasarkan pengertian pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, maka saya dapat mengambil 3 poin penting yaitu (1) Kodrat , (2) Menuntun , dan yang ke (3) Selamat dan Bahagia.

(1)   Kodrat

Yang dimaksud kodrat pada anak di sini dibagi menjadi 2 yaitu, kodrat Alam dan Kodrat Zaman

a.      Kodrat Alam

Kodrat Alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada. Konteks lokal Sosial Budaya anak memiliki karakteristik yang berbeda di setiap daerah di Indonesia. Misalnya, Nilai sosio kultural yang terdapat pada budaya suku Samin di Bojonegoro, yaitu Jujur dan Gotong royong. Hal ini dapat diterapkan baik di kelas maupun di Sekolah melalui program sekolah yang melatih secara langsung keterampilan jujur. Misalnya untuk kejujuran melalui : Asesmen, pengerjaan tugas secara mandiri, kesempatan menyampaikan presentasi sesuai data hasil penelitian, kantin kejujuran, kampanye kejujuran melalui media sosial, Flayer, poster. Sedangkan untuk gotong royong melalui kegiatan : diskusi, kolaborasi saat menyelesaikan Project, kewirausahaan, 7K, Jumat bersih.

b.      Kodrat Zaman

Kodrat Zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Isi dan irama yang dimaksudkan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Pendidikan harus bisa mengikuti perkembangan zaman, maka pendidikan tidak boleh statis dan harus terus berubah atau dinamis. Pendidikan saat ini  menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki kompetensi Abad ke-21. Untuk itu pembelajaran di kelas atau di Sekolah harus menerapkan kompetensi Abad ke-21 yang disebut 4C, yaitu keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration).

(2)   Menuntun

Pengertian menuntun anak sesuai kodratnya adalah memberikan bimbingan, arahan, dalam pengajaran sehingga kelak dapat menjadi manusia yang merdeka. Manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Sehingga, kita sebagai seorang pendidik harus dapat menuntun anak-anak sesuai dengan kodratnya.


Perlu diketahui bahwa kodrat alam dan kodrat zaman terus bertumbuh dan bergerak. Bertumbuh dan bergeraknya kodrat alam dan kodrat zaman harus berpusat pada nilai-nilai kemanusian dan karakter baik. Untuk itu Ki Hajar Dewantara menyatakan pentingnya penanaman tentang Budi Pekerti.

Budi Pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.

(3)   Selamat dan Bahagia

Tujuan tertinggi dari pendidikan adalah mewujudkan manusia yang Selamat dan Bahagia. menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan harusnya memerdekakan manusia sehingga dapat menghasilkan manusia yang selamat dan bahagia. Untuk itu pendidik perlu memiliki semboyan Trilogi pendidikan yang melibatkan seluruh pelaku pendidikan yaitu guru dan peserta didik antara lain:

ü  Ing ngarsa sung tulada, berarti ketika guru berada di depan, seorang guru harus mem beri teladan atau contoh dengan tindakan yang baik.

ü  Ing madya mangun karsa, pada saat di antara pesetra didik, guru harus menciptakan prakarsa dan ide.

ü  Tut wuri handayani, dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.

 

 

3)  Asas Trikon

Agar semua tercapai Ki Hajar Dewantara mengenalkan kita dengan Asas Trikon yaitu, (1) Kontinuitas , (2) Konvergensi , (3) Konsentris

(1)   Kontinuitas.

Kontinuitas artinya pengembangan yang dilakukan harus berkesinambungan, dilakukan secara terus-menerus dengan perencanaan yang baik. Suatu kondisi yang baik tidak mungkin dapat dicapai dalam sekali waktu. Tahap demi tahap pengembangan dilakukan dengan rencana yang matang. Dengan perencanaan tersebut maka suatu tahap dilanjutkan oleh tahap berikutnya dengan melalui evaluasi dan perbaikan yang tepat.

(2)   Konvergensi.

Konvergensi artinya pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktik pendidikan di luar negeri. Seperti yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara ketika mempelajari berbagai praktik pendidikan dunia misalnya Maria Montessori, Froebel dan Rabindranath Tagore. Praktik-praktik tersebut dapat kita pelajari untuk nantinya disesuaikan dengan kebutuhan yang kita miliki sendiri. Saat ini teknologi informasi telah sedemikian canggih sehingga guru atau kepala sekolah dapat mempelajari berbagai kemajuan pendidikan dari mana saja dan kapan saja.

(3)   Konsentris.

Konsentris artinya pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri. Tujuan utama pendidikan adalah menuntun tumbuh kembang anak secara maksimal sesuai dengan karakter kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu meskipun Ki Hadjar menganjurkan kita untuk mempelajari kemajuan bangsa lain, namun tetap semua itu ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya. Pendidikan yang menggunakan teori dan dasar kebudayaan bangsa lain (walaupun bangsa yang maju) secara langsung tanpa mengkaji ulang, menyesuaikan dan mengevaluasinya tidak akan menghasilkan kemajuan.

 

4)  Tantangan dan Solusi

Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada revolusi industri 4.0. akan memberikan konsekuensi pada besarnya tantangan di dunia pendidikan yang berbeda dari yang pernah dihadapi sebelumnya. Kita sebagai pendidik harus mempersiapkan benih-benih kebudayaan yang tengah berevolusi ini. Pendidikan harus holistik dan memberi tuntunan sesuai kodrat anak dan zamannya. Karena itu, dalam menjawab tantangan transformasi kebudayaan di era revolusi digital ini, sistem pendidikan Indonesia harus kembali kepada filosofi Bapak Pendidikan Indonesia: sistem pendidikan yang berpusat pada siswa, pendidikan yang berhamba pada sang anak.

 

===============><===============><===============

 

Refleksi dari Pengetahuan dan Pengalaman Baru

 

1)  Apa yang Saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari modul 1.1 :

a)      Sebelum mempelajari modul 1.1, saya meyakini bahwa peserta didik di kelas saya sudah memiliki pengetahuan awal yang seharusnya tidak abaikan. Namun, terkadang yang sering terjadi di kelas, saya lupa untuk mengecek seberapa jauh kemampuan awal mereka sebelum memasuki materi baru yang akan dipelajari. Hal tersebut merupakan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan karena belum sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Kodrat Alam para peserta didik.

b)      Pada saat pembelajaran di kelas, saya terkesan fokus pada pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) sehingga secara tidak langsung menjadikan proses pembelajaran lebih fokus pada banyaknya konten yang harus disampaikan kepada peserta didik dengan anggapan mereka mendapatkan bekal yang cukup untuk mencapai KKM tersebut. Namun hal tersebut menjadikan hilangnya esensi pembelajaran yaitu berproses dan berpusat pada peserta didik.

c)      Proses pembelajaran yang lebih fokus pada pencapaian KKM membentuk persepsi bahwa peserta didik yang dapat mencapai KKM atau bahkan melebihinya merupakan suatu prestasi.

d)      Ketika pembelajaran di kelas, saya sering menerapkan berbagai media pembelajaran yang saya anggap dapat menarik motivasi belajar anak. Namun saya lupa satu hal, yaitu kebutuhan anak tentang apa yang mereka inginkan dalam menerima pengetahuan baru. Bagi saya jika mereka mengikuti petunjuk sesuai yang saya inginkan maka pengetahuan dapat ditransfer dengan baik. Namun, jika tidak sesuai dengan apa yang mereka butuh kan maka akan menjadi kendala dalam transfer pengetahuan yang sedang berlangsung di kelas.

 

2)      Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Saya setelah mempelajari modul ini :

Setelah saya mempelajari modul 1.1 tentang filosofis dan pemikiran pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, saya mulai menyadari bahwa apa yang saya lakukan sebagai seorang pendidik masih kurang dalam menerapkan pemikiran-pemikaran beliau tentang pendidikan. Sebagai pendidik saya juga masil lemah dalam memahami dan menerapkan Trilogi Semboyan Ki Hadjar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangunkarsa dan Tut Wuri Handayani.

Pembelajaran di kelas yang saya lakukan sedikit banyak masih berpusat pada guru. Kesalahan yang memandang peserta didik sebagai Objek dalam pembelajaran, sedangkan sistem Among yang dijelaskan Ki Hadjar Dewantara sudah jelas seharusnya merekalah Subjek pembelajaran.

Kelamahan dalam menyadari bahwa setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda tentunya mereka juga memiliki kebutuhan yang berbeda pula sebagai manusia yang sesuai kodratnya masing-masing.

Setelah mempelajari modul 1.1 maka pemikiran atau perilaku saya yang berubah antara lain;

a)  Perubahan sudut pandang saya sebagai seorang pendidik terhadap peserta didik bahwa mereka bukanlah kertas kosong bersih tanpa tulisan, melainkan saya perlu menggali lebih dalam tentang pengetahuan awal mereka tentang segala hal yang kan kita pelajari di kelas. Perlu adanya pembiasaan dalam memaknai dan menggali sejauh mana pengetahuan awal peserta didik tentang suatu topik yang akan dibicarakan. Hal itu dapat membantu dalam memilih teknik atau metode dalam melaksanakan pembelajaran selanjutnya. Dan hal yang menarik mungkin akan muncul ketika proses penggalian informasi awal yang sudah mereka miliki sebelumnya dan dapat memberikan kejutan bagi Saya.

b)      Saya mencoba Menggali kodrat dan minat bakat  anak, menyadari bahwa setiap anak itu adalah unik dengan segala kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Mulai belajar menuntun, mengarahkan dan membimbing mereka sesuai kodrat mereka. Tidak menjadikan KKM sebagai satu-satunya dasar pedoman berprestasi, melainkan bangun segala sesuatu yang mereka miliki.

c)  Mulai memperbaiki proses pembelajaran dengan mendesain kegiatan belajar mengajar terpusat pada peserta didik. Memberikan kebebasan bagi peserta didik seperti memberi kesempatan pada peserta didik untuk berbicara dan mengungkapkan perasaan serta ide-ide peserta didik.  Dengan begitu kita sebagai pendidik bisa menuntun mereka kepada tujuan pembelajaran sesuai kemauan mereka yang tentunya kemauan yang menumbuhkan sifat karakter positif anak.

d)   Berusaha menjadi Guru, Sahabat dan fasilitator yang baik  bagi mereka sehingga muncul motivasi yang kuat dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan memudahkan menuntun mereka sesuai kodrat mereka.

e)      Saya mulai mengubah pola pikir dan sudut pandang saya sebagai pendidik agar lebih memahami filosofi Ki Hadjar Dewantara. Sehingga saya berharap dapat menjadi teladan yang baik dari cara bersikap dan bertutur kata.

 

3)      Apa yang dapat segera Saya terapkan lebih baik agar kelas Saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara :

Yang dapat segera saya lakukan agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara antara lain:

a)  Mengidentifikasi  karakteristik anak, mulai dari tes diagnostik, kebiasaannya, gaya belajarnya, kemampuan menyerap materi pelajaran, bakat atau minatnya, juga meminta pendapat mereka tentang hal-hal yang menyebabkan mereka tidak nyaman untuk belajar dengan baik.

b) Merancang  pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan melaksanakan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan dan merdeka

c)      Memberikan suasana lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan

d)   Menjadi  teladan, pemberi semangat serta memberi dorongan dalam menanamkan nilai karakter

e)    Melakukan  pembiasaan karakter baik dan islami dalam kegiatan pembelajaran agar berdampak pada kegiatan di sekolah maupun dalam masyarakat  sebagai bagian dari penanaman dan penguatan karakter.

f)   Melakukan pendekatan secara emosional kepada peserta didik maupun orang tua sebagai partner dalam menjaga hal yang sudah dipelajari di Sekolah agar berkesinambungan dilaksanakan di rumah atau pun di lingkungan sekitar dan bersama sama mengetahui serta mengasah minat bakat mereka.

 

Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan

Kegiatan Inti Part 1

Kegiatan Inti Part 2

 

Penutup


Bonus Produk Pembelajaran Menyenangkan





Kreator:

Ferry Yudha Pratama, S.Pd., Gr. (SMP Muhammadiyah 9 Bojonegoro)

Calon Guru Penggerak Angkatan 5 – Jawa Timur


Subscribe to my Newsletter