
Kesimpulan dan Penjelasan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

1) Apa itu
Pendidikan ?
Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan diartikan sebagai tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, artinya pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Filosofi pendidikan ini selaras dengan nilai Sosio Kultural yang ada di Bojonegoro yaitu, Wayang Thengul. Wayang membutuhkan Dalang yang menyematkan karakter tertentu, yang berbeda pada setiap wayang. Hal ini sesuai dengan filosofi KHD bahwa gurulah yang menyemai dan menuntun untuk menguatkan kodrat kebaikan pada siswa. Guru harus peka terhadap keberagaman siswa.
Filosofi kedua, Wayang Thengul berasal
dari istilah Thengul dari kata “Methentheng” dan “Methungul”.
Karena wayang merupakan karya 3 dimensi yang membutuhkan usaha ekstra dalam memainkannya, inilah yang
disebut Methenteng. Hal ini terkait dengan filosofi bahwa guru
memerlukan tenaga dan usaha yang sungguh-sungguh/kerja keras dalam “menuntun” siswa.
“Methungul” dapat diartikan muncul atau unggul. Wayang diangkat agar
terlihat oleh penonton di depan panggung. Dalam realitasnya Istilah Methungul
ini terkait dengan tujuan dari Pendidikan anak adalah menguatkan potensi atau
kodrat alam yang ada pada diri setiap anak sehingga dia mampu tumbuh menjadi pribadi
yang mandiri dan Merdeka dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
2) Poin Penting
Berdasarkan pengertian pendidikan
menurut Ki Hadjar Dewantara, maka saya dapat mengambil 3 poin penting yaitu (1)
Kodrat , (2) Menuntun , dan yang ke (3) Selamat dan Bahagia.
(1) Kodrat
Yang dimaksud kodrat pada anak di sini dibagi
menjadi 2 yaitu, kodrat Alam dan Kodrat Zaman
a. Kodrat
Alam

b. Kodrat
Zaman
Kodrat Zaman berkaitan dengan “isi” dan
“irama”. Isi dan irama yang dimaksudkan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah muatan
atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Pendidikan
harus bisa mengikuti perkembangan zaman, maka pendidikan tidak boleh statis dan
harus terus berubah atau dinamis. Pendidikan saat ini menekankan pada
kemampuan anak untuk memiliki kompetensi Abad ke-21. Untuk itu pembelajaran di
kelas atau di Sekolah harus menerapkan kompetensi Abad ke-21 yang disebut 4C,
yaitu keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis
dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving),
berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration).
(2) Menuntun
Pengertian menuntun anak sesuai
kodratnya adalah memberikan bimbingan, arahan, dalam pengajaran sehingga kelak
dapat menjadi manusia yang merdeka. Manusia merdeka adalah seseorang yang mampu
berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang
mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Sehingga, kita
sebagai seorang pendidik harus dapat menuntun anak-anak sesuai dengan kodratnya.
Perlu diketahui bahwa kodrat alam dan kodrat zaman terus bertumbuh dan bergerak. Bertumbuh dan bergeraknya kodrat alam dan kodrat zaman harus berpusat pada nilai-nilai kemanusian dan karakter baik. Untuk itu Ki Hajar Dewantara menyatakan pentingnya penanaman tentang Budi Pekerti.
Budi Pekerti, atau watak atau karakter
merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan
sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai
perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya
(psikomotor). Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang
utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.
(3) Selamat
dan Bahagia
Tujuan tertinggi dari pendidikan adalah
mewujudkan manusia yang Selamat dan Bahagia. menurut Ki Hadjar Dewantara
pendidikan harusnya memerdekakan manusia sehingga dapat menghasilkan manusia
yang selamat dan bahagia. Untuk itu pendidik perlu memiliki semboyan Trilogi
pendidikan yang melibatkan seluruh pelaku pendidikan yaitu guru dan peserta
didik antara lain:
ü
Ing ngarsa
sung tulada, berarti
ketika guru berada di depan, seorang guru harus mem beri teladan atau contoh
dengan tindakan yang baik.
ü
Ing madya
mangun karsa, pada saat di antara pesetra didik, guru harus
menciptakan prakarsa dan ide.
ü
Tut wuri
handayani, dari
belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.
3) Asas Trikon
Agar semua tercapai Ki Hajar Dewantara
mengenalkan kita dengan Asas Trikon yaitu, (1) Kontinuitas , (2) Konvergensi ,
(3) Konsentris
(1) Kontinuitas.
Kontinuitas artinya pengembangan yang
dilakukan harus berkesinambungan, dilakukan secara terus-menerus dengan
perencanaan yang baik. Suatu kondisi yang baik tidak mungkin dapat dicapai
dalam sekali waktu. Tahap demi tahap pengembangan dilakukan dengan rencana yang
matang. Dengan perencanaan tersebut maka suatu tahap dilanjutkan oleh tahap
berikutnya dengan melalui evaluasi dan perbaikan yang tepat.
(2) Konvergensi.
Konvergensi artinya pengembangan yang
dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktik
pendidikan di luar negeri. Seperti yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara
ketika mempelajari berbagai praktik pendidikan dunia misalnya Maria Montessori,
Froebel dan Rabindranath Tagore. Praktik-praktik tersebut dapat kita pelajari
untuk nantinya disesuaikan dengan kebutuhan yang kita miliki sendiri. Saat ini
teknologi informasi telah sedemikian canggih sehingga guru atau kepala sekolah
dapat mempelajari berbagai kemajuan pendidikan dari mana saja dan kapan saja.
(3) Konsentris.
Konsentris artinya pengembangan
pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri.
Tujuan utama pendidikan adalah menuntun tumbuh kembang anak secara maksimal
sesuai dengan karakter kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu meskipun Ki
Hadjar menganjurkan kita untuk mempelajari kemajuan bangsa lain, namun tetap
semua itu ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sebagai
pusatnya. Pendidikan yang menggunakan teori dan dasar kebudayaan bangsa lain
(walaupun bangsa yang maju) secara langsung tanpa mengkaji ulang, menyesuaikan
dan mengevaluasinya tidak akan menghasilkan kemajuan.
4) Tantangan dan
Solusi
Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi
pada revolusi industri 4.0. akan memberikan konsekuensi pada besarnya tantangan
di dunia pendidikan yang berbeda dari yang pernah dihadapi sebelumnya. Kita
sebagai pendidik harus mempersiapkan benih-benih kebudayaan yang tengah
berevolusi ini. Pendidikan harus holistik dan memberi tuntunan sesuai kodrat
anak dan zamannya. Karena itu, dalam menjawab tantangan transformasi kebudayaan
di era revolusi digital ini, sistem pendidikan Indonesia harus kembali kepada
filosofi Bapak Pendidikan Indonesia: sistem pendidikan yang berpusat pada siswa,
pendidikan yang berhamba pada sang anak.
===============><===============><===============
Refleksi dari Pengetahuan dan Pengalaman Baru
1) Apa yang Saya
percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari modul 1.1 :
a) Sebelum
mempelajari modul 1.1, saya meyakini bahwa peserta didik di kelas saya sudah
memiliki pengetahuan awal yang seharusnya tidak abaikan. Namun, terkadang yang
sering terjadi di kelas, saya lupa untuk mengecek seberapa jauh kemampuan awal
mereka sebelum memasuki materi baru yang akan dipelajari. Hal tersebut merupakan
tindakan yang seharusnya tidak dilakukan karena belum sesuai dengan pemikiran
Ki Hadjar Dewantara tentang Kodrat Alam para peserta didik.
b) Pada
saat pembelajaran di kelas, saya terkesan fokus pada pencapaian kriteria
ketuntasan minimal (KKM) sehingga secara tidak langsung menjadikan proses
pembelajaran lebih fokus pada banyaknya konten yang harus disampaikan kepada
peserta didik dengan anggapan mereka mendapatkan bekal yang cukup untuk
mencapai KKM tersebut. Namun hal tersebut menjadikan hilangnya esensi
pembelajaran yaitu berproses dan berpusat pada peserta didik.
c) Proses
pembelajaran yang lebih fokus pada pencapaian KKM membentuk persepsi bahwa
peserta didik yang dapat mencapai KKM atau bahkan melebihinya merupakan suatu
prestasi.
d) Ketika
pembelajaran di kelas, saya sering menerapkan berbagai media pembelajaran yang
saya anggap dapat menarik motivasi belajar anak. Namun saya lupa satu hal,
yaitu kebutuhan anak tentang apa yang mereka inginkan dalam menerima
pengetahuan baru. Bagi saya jika mereka mengikuti petunjuk sesuai yang saya
inginkan maka pengetahuan dapat ditransfer dengan baik. Namun, jika tidak
sesuai dengan apa yang mereka butuh kan maka akan menjadi kendala dalam
transfer pengetahuan yang sedang berlangsung di kelas.
2) Apa yang berubah
dari pemikiran atau perilaku Saya setelah mempelajari modul ini :
Setelah
saya mempelajari modul 1.1 tentang filosofis dan pemikiran pendidikan menurut
Ki Hadjar Dewantara, saya mulai menyadari bahwa apa yang saya lakukan
sebagai seorang pendidik masih kurang dalam menerapkan pemikiran-pemikaran
beliau tentang pendidikan. Sebagai pendidik saya juga masil lemah dalam
memahami dan menerapkan Trilogi Semboyan Ki Hadjar Dewantara yaitu Ing
Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangunkarsa dan Tut
Wuri Handayani.
Pembelajaran
di kelas yang saya lakukan sedikit banyak masih berpusat pada guru. Kesalahan yang
memandang peserta didik sebagai Objek dalam pembelajaran, sedangkan sistem Among
yang dijelaskan Ki Hadjar Dewantara sudah jelas seharusnya merekalah Subjek
pembelajaran.
Kelamahan
dalam menyadari bahwa setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda tentunya
mereka juga memiliki kebutuhan yang berbeda pula sebagai manusia yang sesuai
kodratnya masing-masing.
Setelah
mempelajari modul 1.1 maka pemikiran atau perilaku saya yang berubah antara
lain;
a) Perubahan
sudut pandang saya sebagai seorang pendidik terhadap peserta didik bahwa mereka
bukanlah kertas kosong bersih tanpa tulisan, melainkan saya perlu menggali
lebih dalam tentang pengetahuan awal mereka tentang segala hal yang kan kita pelajari
di kelas. Perlu adanya pembiasaan dalam memaknai dan menggali sejauh mana pengetahuan
awal peserta didik tentang suatu topik yang akan dibicarakan. Hal itu dapat
membantu dalam memilih teknik atau metode dalam melaksanakan pembelajaran
selanjutnya. Dan hal yang menarik mungkin akan muncul ketika proses penggalian
informasi awal yang sudah mereka miliki sebelumnya dan dapat memberikan kejutan
bagi Saya.
b) Saya mencoba Menggali kodrat dan minat bakat anak, menyadari bahwa setiap anak itu adalah unik dengan segala kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Mulai belajar menuntun, mengarahkan dan membimbing mereka sesuai kodrat mereka. Tidak menjadikan KKM sebagai satu-satunya dasar pedoman berprestasi, melainkan bangun segala sesuatu yang mereka miliki.
c) Mulai memperbaiki proses pembelajaran dengan mendesain kegiatan belajar mengajar terpusat pada peserta didik. Memberikan kebebasan bagi peserta didik seperti memberi kesempatan pada peserta didik untuk berbicara dan mengungkapkan perasaan serta ide-ide peserta didik. Dengan begitu kita sebagai pendidik bisa menuntun mereka kepada tujuan pembelajaran sesuai kemauan mereka yang tentunya kemauan yang menumbuhkan sifat karakter positif anak.
d) Berusaha
menjadi Guru, Sahabat dan fasilitator yang baik bagi mereka sehingga
muncul motivasi yang kuat dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan memudahkan
menuntun mereka sesuai kodrat mereka.
e) Saya
mulai mengubah pola pikir dan sudut pandang saya sebagai pendidik agar lebih
memahami filosofi Ki Hadjar Dewantara. Sehingga saya berharap dapat menjadi teladan
yang baik dari cara bersikap dan bertutur kata.
3) Apa yang dapat
segera Saya terapkan lebih baik agar kelas Saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar
Dewantara :
Yang
dapat segera saya lakukan agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar
Dewantara antara lain:
a) Mengidentifikasi
karakteristik anak, mulai dari tes diagnostik, kebiasaannya, gaya
belajarnya, kemampuan menyerap materi pelajaran, bakat atau minatnya, juga
meminta pendapat mereka tentang hal-hal yang menyebabkan mereka tidak nyaman untuk
belajar dengan baik.
b) Merancang
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan melaksanakan
pembelajaran yang bermakna, menyenangkan dan merdeka
c) Memberikan
suasana lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan
d) Menjadi
teladan, pemberi semangat serta memberi dorongan dalam menanamkan nilai
karakter
e) Melakukan
pembiasaan karakter baik dan islami dalam kegiatan pembelajaran agar
berdampak pada kegiatan di sekolah maupun dalam masyarakat sebagai bagian dari penanaman dan penguatan
karakter.
f) Melakukan
pendekatan secara emosional kepada peserta didik maupun orang tua sebagai
partner dalam menjaga hal yang sudah dipelajari di Sekolah agar berkesinambungan
dilaksanakan di rumah atau pun di lingkungan sekitar dan bersama sama mengetahui
serta mengasah minat bakat mereka.
Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
Kegiatan Inti Part 1
Kegiatan Inti Part 2
Penutup
Bonus Produk Pembelajaran Menyenangkan
Kreator:
Ferry Yudha Pratama, S.Pd., Gr. (SMP Muhammadiyah 9 Bojonegoro)
Calon Guru Penggerak Angkatan 5 – Jawa Timur
1 komentar:
Keren dan sangat menginspirasi, Pak Ferry!
Post a Comment