Jum'at, 22 Desember 2017/3 Rabiuts Tsani 1439 H.
"Keutamaan Berbakti Kepada Orangtua Terutama Ibu"
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ. (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata; “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits di atas :
1. Disyariatkannya mendatangi sumber ilmu.
2. Diantara metode dalam menuntut ilmu adalah bertanya kepada 'alim ulama'.
3. Kewajiban berbuat baik kepada sesama manusia.
4. Hak manusia berbeda dan bertingkat-tingkat dalam hal berbuat kebaikan kepadanya.
5. Perlunya mengetahui fiqih prioritas.
6. Kewajiban berterima kasih kepada orang yang telah berbuat kebaikan kepada kita.
7. Kewajiban berbuat kebaikan kepada orang tua didahulukan daripada selainnya.
8. Hak berbuat baik kepada ibu diutamakan dan didahulukan daripada hak bapak sebanyak 3x.
9. Ibnu Baththal rahimahullah menyebutkan bahwa diantara hikmah didahulukannya ibu dari bapak karena beliau memiliki tiga kekhususan yang tidak dilakukan oleh bapak kepada anaknya yaitu: mengandung, melahirkan dan menyusui.
10. Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya." (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah).
11. Sahabat yang bertanya ini kemungkinannya adalah Muawiyah bin Haidah radhiyallohu anhu kakek dari Bahz bin Hakam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidizi dan Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad.
Tema hadits yang berkaitan dengan ayat Al-Qur'an :
1. Allah SWT. menjelaskan akan hak ibu terhadap anaknya. Ketahuilah, bahwasanya ukuran terendah mengandung sampai melahirkan adalah 6 bulan (pada umumnya adalah 9 bulan 10 hari), ditambah 2 tahun menyusui anak, jadi 30 bulan;
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَ…
[04:59, 12/23/2017] PCPM Rengel Shodiq: ONE DAY ONE HADITS
Sabtu, 23 Desember 2017/4 Rabiuts Tsani 1439 H.
"Haramnya Durhaka Kepada Kedua Orang Tua"
عن مغيرة بن شعبة رضي الله عنه قال،أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إِنَّاللَّهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ اْللأَمَّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ اْلبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَشْرَةَ اْلسُّؤَالِ، إِضَاعَةَ اْلمَالِ .(رواه البخاري و مسلم)
Dari Mughiroh bin Syu'bah rodhiallohu 'anhu berkata, Rasulullah SAW. bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” [Hadits Riwayat Bukhari: Fathul Baari 10/405 No. 5975 dan Muslim No. 1715/912)]
Pelajaran yang terdapat dalam hadits di atas :
1. Hadits ini adalah salah satu hadits yang mengharamkan seorang anak berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya.
2. Diantara bentuk durhaka kepada kedua orangtua (عقوق الوالدين) adalah :
a. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.
b. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
c. Membentak atau menghardik orang tua.
d. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah-pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
e. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.
f. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orangtua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih kepada orangtua.
g. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orangtua.
h. Mendahulukan taat kepada istri daripada orangtua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah mindzalik...
i. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orangtua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
3. Semuanya itu termasuk bentuk-bentuk kedurhakaan kepada kedua orangtua. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan membedakan dalam berkata dan berbuat kepada kedua orangtua dengan orang lain.
4. Sedangkan sebab-sebab anak durhaka kepada orangtua adalah :
a. karena kebodohan,
b. jeleknya pendidikan orang tua dalam mendidik anak,
c. paradok, orang tua menyuruh anak berbuat baik tapi orangtua tidak berbuat,
d. bapak dan ibunya dahulu pernah durhaka kepada orang tua sehingga dibalas oleh anaknya,
e. orangtua tidak membantu anak dalam berbuat kebajikan, dan
f. jeleknya akhlak istri.
Tema hadits yang berkaitan dengan ayat Al-Qur'an :
1. Dalam Al-Qur'an seringkali disebutkan secara bergandengan antara perintah menyembah Allah semata dan berbakti kepada kedua orangtua;
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya." (QS. Al-Isra': 23)
2. Dan sesungguhnya Allah SWT. menyebutkan di beberapa ayat tentang jerih payah ibu dan penderitaannya dalam mendidik dan mengasuh anaknya, yang karenanya ia selalu berjaga sepanjang siang dan malamnya. Hal itu tiada lain untuk mengingatkan anak akan kebaikan ibunya terhadap dia, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسٰنَ بِوٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ ۥ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَفِصٰلُهُ ۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِى وَلِوٰلِدَيْكَ إِلَىَّ الْمَصِيرُ
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (QS. Luqman 31: 14)
وَقَضٰى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (QS. Al-Isra' 17: 23)
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil." (QS. Al-Isra' 17: 24)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسٰنَ بِوٰلِدَيْهِ إِحْسٰنًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ ۥ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ ۥ وَفِصٰلُهُ ۥ ثَلٰثُونَ شَهْرًا ۚ حَتّٰىٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ ۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلٰى وٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صٰلِحًا تَرْضٰىهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa, Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim." (QS. Al-Ahqaf 46: 15)
والله اعلم بالصواب ...
Semoga bermanfaat dan barokah...
•┈◎❅❀❦🌼❦❀❅◎┈•
0 komentar:
Post a Comment